Rabu, 01 April 2009

KELAPANGAN DAN KESEMPITAN

Dalam kehidupan ini, terkadang Allah SWT melapangkan dan menyempitkan urusan kita, sebenarnya Allah melapangkan kita, supaya kita tidak selalu dalam berada dalam kesempitan dan Allah menyempitkan kita supaya kita tidak hanyut dalam kelapangan. Allah SWT mengubah-ubah keadaan kita dari kelapangan pada kesempitan, sedih ke gembira, dari sehat ke sakit, dari kaya ke miskin, dari terang ke gelap, supaya kita mengerti bahwa kita tidak terbebas dari hukum ketentuan-Nya, dan supaya kita selalu berdiri diatas landasan LAA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH (tidak ada daya untuk mengelakkan sesuatu dan tidak ada kekuatan untuk melaksanakan sesuatu, kecuali dengan pertolongan Allah)

Mengutip Kitab Al Hikam, Ibn Atha Illah al-Sakandari, Abu Bakar Assiddiq ra berkata, ”kami diuji dengan kesukaran, maka kami tahan, sabar, tetapi ketika diuji dengan kesenangan atau kelapangan kami hampir tidak sabar atau tidak tahan” Karena itu bagi beberapa orang arif, jika merasa lapang lebih khawatir/takut daripada jika berada dalam kesempitan, karena didalam masa kelapangan, hawa nafsu dapat lebih berperan mengambil bagiannya sedangkan dalam masa sempit, hawa nafsu lebih sulit memperdaya.

Namun bagi sebagian orang, justru merasa nyaman-nyaman saja dengan ujian kelapangan yang diberikan Allah, dan kadang ada yang terhanyut dalam ujian kelapangan yang diberikan-Nya, hingga menomor duakan Allah atau bahkan yang terparah melupakan Allah, Sang Pemberi Nikmat dan Kelapangan. Setelah Allah mencabut ujian kelapangan dan menggantinya dengan ujian kesempitan, maka barulah orang itu sadar dan kembali mengingat Allah.

Tidak sedikit dari kita yang tidak mampu menghargai keberadaan Allah dikala senang, disaat lapang, dan baru kembali mengingat-Nya, mencari-Nya, mendekati-Nya, saat berada dalam kesulitan/kesempitan. Apabila kita tidak ingin, diingatkan oleh Allah melalui ujian kesempitan, ujian kesusahan, maka ingatlah Allah selagi kita berada dalam kelapangan dan kemudahan.

Tunaikanlah semua kewajiban kita dengan sebaik-baiknya, jangan sampai kita melupakan fitrah kita diciptakan-Nya, yaitu untuk mengabdi kepada-Nya, seperti tertulis dalam firman-Nya di surah Adz Dzariyat ayat 56 Allah swt berfirman : ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku/mengabdi kepada-Ku”
Mengutip Al Hikam, Ibn Athaillah al Sakandari, Wahb bin Munabbiih berkata, Allah swt berfirman : “Hai anak Adam, ta’atilah perintah-Ku dan jangan engkau beritahukan kepada-Ku apa yang menjadi hajat kebutuhan yang baik bagimu (yakni engkau jangan mengajari kepada-Ku apakah yang baik bagimu). Sesungguhnya Aku telah mengetahui kepentingan hamba-Ku. Aku memuliakan siapa yang patuh pada perintah-Ku dan menghina siapa yang meremehkan perintah-Ku. aku tidak menghiraukan kepentingan hamba-Ku sampai hamba-Ku memperhatikan hak-Ku (yakni memperhatikan kewajibannya terhadap Aku)”
Dengan memperhatikan Firman Allah tersebut diatas, sebaiknya kita meyakini, bahwa sebenarnya, hidup kita susah atau senang, sebenarnya itu sangat terkait dan tergantung pada seberapa besar keimanan kita kepada Allah dan pada seberapa besar kita menempatkan Allah dalam hati, sudahkah menjadi prioritas utama? Karena semua Firman Allah pasti benarnya. Kita ingin hidup kita berjalan mulus, rezeki lancar, dapat meraih cita-cita, tapi kita tidak mementingkan Allah dan mengabaikan Allah yang Maha Pemberi Segala.

Sebenarnya Allah swt, memberikan kita ujian kesulitan, kesempitan, itu untuk kebaikan kita sendiri, untuk menyadarkan kita dari kelalain jiwa dan ketahuilah Allah swt tidak pernah membuat hamba-Nya menderita, kita menderita karena ulah kita sendiri.

(Dewi Yana)

2 komentar:

  1. Nah ini yg perlu kita perhatikan, krn memang benar banyak dari kita yg pol-pol an shalatnya, ngajinya, tahajutnya, saum sunnahnya, kalau pas lg ada masalah/keinginan saja. Tapi saat, berada dalam kelapangan, ibadahnya jadi pas-pas an. Ini namanya tidak tulus menghamba kepada Allah. Tapi ngomong2 yg nulis bagaimana,semoga sdh bisa menerapkan dalam kehidupannya ya, kalaupun belum, semoga bisa terinspirasi, tergerak dgn apa yg ditulis, jgn sampai terkena kaburo maqtan, yaitu menulis, mengajarkan tapi tidak melaksanakan. Tapi memperhatikan semua tulisan2 di blok ini, saya yakin penulisnya, menulis semua tulisan ini dari luapan isi hati, karena akan sangat berbeda tulisan yg diungkapkan dari luapan hati kita, dgn tulisan yg asbun.
    Selamat, saya salut pada Anda, foto Anda masih tampak muda, tapi tulisannya cukup matang.

    Arifin

    BalasHapus
  2. Memang harus kita akui, ada saat-saat dimana kita begitu gigih beribadah, meminta pertolongan Allah, mendekatkan diri pada-Nya,yaitu disaat kita ada maunya atau saat kita sedang ditimpa kesulitan/berada dalam kesempitan. Tapi memang benar-benar ada dari kita (termasuk saya sendiri-dulu-red) yang ibadahnya, tidak segigih itu, saat kita berada dalam kelapangan, kemudahan

    BalasHapus

Mohon saran dan komentar dari semua pembaca terhadap tulisan - tulisan dalam Blog ini, terima kasih

Pengikut